Rabu, 20 Februari 2008

HUBUNGAN HARMONIS ANTAR UMAT BERAGAMA PERPSPEKTIF ISLAM

Oleh :DR.H. RAMLI ABDUL WAHID, MA

Indonesia Sebagai Bangsa Religius
Sebelum kedatangan Islam dan Kristen, bangsa Indonesia sudah menganut Agama Hindu dan Budha. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia dan disusul oleh Kristen dan akhirnya Indonesia menjadi negara yang penduduknya terdiri atas Muslim, Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Berdasarkan UUD ’45 dan Pancasila, negara mengakui dan mengayomi keberadaan lima agama ini. kenyataan menunjukkan pula bahwa penganut dari semua agama ini relatif taat menjalankan agama masing-masing. Karena itu pula diseluruh pelosok Indonesia tersebar rumah-rumah tempat ibadah. Demikian juga tersebar sekolah dan lembaga-lembaga keagamaan. Upacara kenegaraan dan adat pun diliputi dengan ritual kegamaan. Ini merupakan bukti atas keadaan bangsa Indonesia sebagai bangsa religius.
Sebagai refleksi dari sikap keberagamaannya, bangsa Indonesia dengan ketaatan kepada masing-masing agamanya, seyogianya tetap bersatu. Karena semua agama menganjurkan perdamaian sesama manusia, apalagi sesama satu bangsa. Bangsa Indonesia, terutama padanya mengingat perjuangan para leluhurnya yang telah membangun tiang tonggak persatuan bangsa ini dengan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. berbagai organisasi pemuda dari berbagai daerah ketika itu telah menyatakan tekad untuk bersatu. Pertama, Kami putra dan putri Indonesia, bertumpah darah satu, tanah air satu, tanah Indonesia. Kedua, Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ketiga, Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Selesai mengucapkan sumpah itu, lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman diperdengarkan. Hendaknya, Sumpah Pemuda ini senantiasa jadi panduan bangsa Indonesia, terutama para pemudanya, karena di pundak merekalah terletak masa depan bangsa ini.
Dari sudut pandang Islam, dewasa ini Indonesia adalah negara terbesar berpenduduk Muslim. Dari aspek jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan sumber alam, dan strategi geografis, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu negara adikuasa di masa datang. Karena itu, tidak aneh jika para ulama dan pemikir Islam mendambakan agar Indonesia dapat membangkitkan kembali supremasi peradaban Islam yang pernah tercatat dalam sejarah. Seyogianya, semangat ini mejadi motivasi bagi umat Islam untuk memainkan perannya dalam membangun dan mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

A. Konsep Persatuan
Konsep persatuan dalam Islam mempunyai landasan yang kuat langsung dari Alquran dan Hadis Nabi saw. Dari Alquran antara lain surat Ali Imran ayat 103 yang artinya : “Berpegang teguhlah kamu dengan Agama Allah dan janganlah berpecah belah. Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika kamu dahulu bermusuhan, maka Allah menjadikan hatimu lembut sehingga kamu menjadi bersaudara berkat nikmat-Nya.” Dari Hadis antara lain hadis riwayat Muslim yang artinya, “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam kasih sayang mereka ialah seumpama satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya sakit maka seluruh anggota badannya turut merasa sakit.” Karena itu, tak seorang pun dari kaum Muslim yang berani menyangkal atas keabsahan ajaran persatuan dalam Islam sebagai tersebut dalam ayat dan hadis di atas.
Dalam bukunya, Aqwaluna wa Af`aluna, Muhammad Kurdi Ali menjelaskan bahwa di antara rukun Islam yang terpenting ialah terus menerus berkumpul untuk persatuan. Umat Islam berkumpul pada waktu menunaikan salat lima kali sehari, pada salat Jumat sekali seminggu, dan pada hari raya Id dua kali setahun. Semua itu untuk membangun kasih sayang dan persatuan. Lebih dari itu, dlam konsep Islam semua manusia sesungguhnya tunggal. Dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 213, “Manusia adalah umat yang satu.” Manusia berasal dari Adam menempati planet yang sama, bumi dan semua akan menghadap Tuhan yang Esa untuk mempertanggungjawabkan amal masing-masing. Perbedaan antara satu dengan yang lainnya adalah untuk saling mengenal, saling bekerja sama, dan saling melengkapi. Hal ini digambarkan dalam surat al-Hujurat ayat 13, “Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang takwa.”
B. Urgensi Persatuan
Di akhir ayat 103 dari surat Ali Imran umat Islam diingatkan bahwa dahulu mereka sudah berada di pinggir jurang kehancuran, tetapi tuhan menyelamatkan mereka dengan persatuan. Sebab itu, agar jangan terulang kembali kehancuran itu, persatuan tetap dipelihara. Dalam surat ar-Rum dijelaskan bahwa perpecahan adalah kelakuan orang-orang Musyrik. Dalam surat al-An`am Allah memperingtkan bahwa orang yang suka berpecah belah tidak boleh dimasuki Muhammad, bahkan mereka lepas dari pimpinannya. Demikian urgennya persatuan menurut ajaran Islam. Akan tetapi, kenyataan cukup memprihatinkan. Ketegangan tidak sedikit terjadi di tengah-tengah masyarakat Islam.
Seorang pemikir al-Jazair yang lama hidup di Perancis, Malik bin Nabi pernah meramalkan bahwa pusat peradaban Islam masa depan akan muncul di Jakarta alias Indonsia. Para pemikir dan ulam sangat mendambakan Indonesia menjadi bangsa Muslim terbesar dan termaju di dunia. Harapan ini cukup mempunyai alasan, bukan hanya dari aspek kuantitas, tetapi juga dari sumber alam dan posisinya yang strategis. Umat Islam bukan umat yang lemah yang tidak menyimpan kekuatan dalam dirinya. Akan tetapi, kekurangan kita adalah lemahnya persatuan. Karena itu, umat Islam di Indonesia perlu menginsapi bahwa kekacauan dan perpecahan sebenarnya merugikan Islam. Sebagai salah satu negara terbesar penduduknya di dunia, seyogianya bangsa Indonesia bersatu padu dan jangan menjadi kecil seperti negara-negara Arab Teluk. Sebagai negeri Islam terbesar di dunia, kekacauan dan perpecahan di dalamnya akan menyebabkan kerugian paling besar kepada umat Islam. Jika terjadi perang saudara, maka umat Islamlah yang paling banyak terbunuh. Jika terjadi perusakan dan penghancuran harta benda, maka umat Islamlah yang paling banyak menanggung rugi, karena harta merekalah yang lebih besar jumlahnya. Lebih dari itu, jika terjadi pemisah-misahan daerah di Indonesia, maka bangsa Islam juga yang akan menjadi kecil.
Hal ini perlu dikemukakan agar umat Islam menyadari potensi dan keunggulan yang mereka miliki. Umat Islam perlu menyadari akan kerugian Islam yang akan timbul akibat kekacauan antarsesama mereka. Lebih parah lagi bila terjadi pemisahan daerah-daerah di Indonesia. Kita perlu menegaskan sekali lagi bahwa Indonesia adalah negeri Islam terbesar di dunia. Kebanggaan ini bukan hanya dirasakan oleh umat Islam Indonesaia, tetapi juga oleh umat Islam di seluruh dunia. Apakah kita rela kebanggaan ini akan hilang dan lenyap dari sejarah. Seandainya terjadi hal yang tidak diinginkan ini, apakah dapat dibayangkan lagi kemungkinannya kembali bersatu sebagai mana yang kita miliki sekarang.
Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia. Bagaimana pun, Indonesia potensial menjadi salah satu kekuatan besar dunia. Apalagi, jika umat Islam Indonesia mampu membangkitkan kembali kejayaan peradaban Islam masa lampaunya. Umat Islam Indonesia perlu lebih jauh merenung firman Allah yang artinya: “Dan janganlah kamu merasa rendah dan janganlah kamu merasa sedih. Kamu itu adalah umat yang unggul jika kamu beriman.” (QS. Ali Imran : 139). Nabi saw. juga bersabda yang artinya: “Islam itu adalah tinggi dan tidak dapat ditandingi.” (HR. ad-Daraqutni, ath-Thabrani, dan al-Baihaqi). Keunggulan, supremasi, dan ketinggian ini tidak mungkin diperoleh jika kita kacau dan bercerai-berai. Perpecahan, kekacauan, dan disintegrasi hanyalah kerugian yang berkepanjangan bagi bangsa kita, terutama bagi umat Islam sedunia.

C. Islam Menentang Permusuhan
Sesuai dengan salam Islam dan makna Islam itu sendiri islam berarti keselamatan. Ini berupa simbol deklarasi perdamaian dengan semua orang, dan inilah sebenarnya prinsip Islam. Hal ini tampak jelas dari berbagai aspek ajaran Islam. Islam tidak memusuhi non Muslim hanya lantaran berbeda agama. Bahkan, Islam memrintahkan agar kita bersahabat dengan mereka selama mereka tidak memusuhi orang-orang Islam. Allah berfirman yang artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap non-Muslim yang tidak memerangi kamu dalam Agamamudan tidak mengusir kamu dari negerimu, sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik.” (QS. al-Mumtahanah : 8). Akan tetapi, jika mereka memerangi orang-orang Islam, maka sikap Islam jelas membela dan mempertahankan diri. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 190 yang berarti, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangimu (tetapi) janganlah kamu melampaui batas karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Islam memerintahkan agar memperhatikan non-Muslim yang miskin dengan mempermudah kehidupan mereka dan membantu mereka yang tidak mampu bekerja. Dalam sebuah hadis, Nabi saw. memerintahkan agar umat Islam berdiri jika melihat jenazah Muslim dan non-Muslim. Islam memerintahkan untuk menggunakan kata-kata yang baik kepada non-Muslim, memaafkan mereka, dan memperlakukan mereka sebagaimana kita memperlakukan diri kita sendiri dalam hal yang berkaitan dengan tata krama kemanusiaan. Allah berfirrman yang artinya: “Janganlah kamu berdebat dengan Ahlul Kitab melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka dan katakanlah: ”Kami telah beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kamu. Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu, dan kami hanya kepadanya berserah diri.” (QS. al-Ankabut : 46).
Islam mewajibkan kaum Muslim seluruhnya untuk saling membantu dan bersatu dalam menghadapi musuh. Akan tetapi, jika di antara kita dengan sebagian orang-orang musyrik atau kafir ada perjanjian untuk tidak saling menyerang, kemudian ada sekelompok orang Islam yang meminta bantuan kita untuk memerangi sebagian orang musyrik, kita tidak boleh menerima permintaan itu karena memelihara perjanjian yang sudah ada. Hal ini dijelaskan dalam surat al-Anfal ayat 72.
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Islam sebenarnya menginginkan agar kaum Muslim hidup damai bedampingan dengan umat lain, bukan hanya umat lain di dalam negeri sendiri, tetapi juga dengan umat dari bangsa-bangsa lain. Ini sejalan dengan prinsip kedatangan Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.sebagai rahmatan lil ‘alamin. Uraian ini menunjukkan hakikat Islam yang mengutamakan dan menginginkan perdamaian, menolak kekerasan, dan tindakan anarkis. Islam memandang perang dan pembunuhan sebagai kejahatan. Perang hanya boleh dilakukan karena membela diri dan menyelamatkan Agama. Dalam kondisi perang pun Islam mengatur akhlak yang mulia. Menurut Islam tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak, tidak boleh merusak dan meruntuhkan bangunan musuh tanpa alasan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip ini diterapkan oleh Rasul saw. dan diikuti para sahabat kemudiannya. Hal ini sungguh berbeda dengan tindakan-tindakan sementara bangsa-bangsa modern yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan menghancurkan harta benda serta memporak-porandakan kota.
Prinsip-pronsip kemanusiaan dan keadilan yang terapkan Islam dalam seajrah benar-benar dirasakan oleh bangsa-bangsa di dunia. Karena itu pula banyak penduduk dari daerah-daerah ekspansi Islam masuk Islam secara suka rela. Pengaruh posotif demikian telah diakui oleh banyak penulis Barat.
Jika demikian sikap toleran dan persahabatan Islam terhadap non-Muslim, maka sangat ironis jika terjadi perseteruan dan permusuhan di antara sesama Muslim. Karena itu, marilah kita kembali rujuk kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Kiranya kita mendapat petunjuk dari Allah swt. untukkembali menjadikan Agama Islam sebagai pedoman hidup secara utuh.

Tidak ada komentar: