Jumat, 22 Februari 2008

MENEPIS PENGARUH NARKOBA DENGAN SENJATA AGAMA

Oleh : DR. H. Ramli Abdul Wahid, MA
Ketua Komisi Dikbud MUI SU

Bahaya Narkoba
Narkoba membawa banyak problem yang bahayanya sangat berat dan luas. Dalam bukunya, Masalah Narkotika, B. A. Sitanggang menjelaskan bahwa gejala penyalahgunaan Narkotika umumnya ngantuk, rasa gembira, rasa cemas, bicara tidak jelas, gerakan refleks, loyo, fungsi koordinasi badan tidak sempurna, mata mengecil, hilang selera ketergantungan dan mual. Obat-obat ini pada umumnya menimbulkan bahaya ketergantungan secara fisik dan psikologis, toleransi, kalap dan bersifat menyerang, hilang kesadaran, hepatitis, dan kematian. Secara ringkas, bahaya penyalah-gunaan Narkoba mulai dari otaknya bocor, berbagai macam penyakit ruha-ni, berbagai macam penyakit jasmani, sampai kepada maut.
Bahaya lain dari Narkoba adalah pemiskinan. Orang yang ketergan-tungan pada Narkoba, tidak perduli habis uang untuk mendapatkan jenis Narkoba yang diinginkannya. Pada Konferensi Masyarakat Anti Narkoba dan Keluarga Korban Narkoba pada tanggal 27 Mei 2000 di Hotel Tiara Medan, seniman Anja dari Grup Gita Rolis, Jakarta menceritakan bahwa bagi teman-temannya di kalangan seniman dan artis yang terjerumus menjadi pecandu Narkoba, rumah harga milyaran mudah saja dijual untuk mendapatkan Narkoba. Dalam Konferensi ini juga seorang ibu menceri-takan bahwa anaknya terlibat dalam kelompok pecandu Narkoba. Kata-nya, yang namanya uang dan harta sudah ludas mengobatkan anaknya, tapi tidak sembuh-sembuh. Lima dari teman anknya itu sudah mati waktu itu.
Pengaruh Narkoba bukan hanya menimpa orang yang terlibat, tetapi juga mengenai seluruh anggota keluarga. Dalam Konferensi tersebut, Kama-luddin, SH yang pada waktu itu sebagai Ketua Gerakan Anti Narkoba (GAN) mengatakan bahwa bila seorang anggota keluarga terkena Narkoba, seisi rumah menjadi stress.
Penjara telah menjadi tunangan bagi orang yang terlibat Narkoba. SIB terbitan 14 April 2006 mengutip Kakanwil Departemen Hukum dan HAM SU, Drs. Untung Sugiono, BclP, MM yang mengatakan bahwa saat ini penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LP) di SU berjumlah 11.000 orang. 70% dari jumlah ini adalah kasus Narkoba.
Kematian terus mengintai pecandu Narkoba. SIB, 12 Mei 2007 mengutip keterangan Koordinator Satgas IV Badan Narkotika Nasional (BNN), Kom-bes Pol Bambang Haryoko yang menjelaskan bahwa sekitar 30 hingga 40 orang me-ninggal setiap hari akibat penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Diperkirakan bahwa pengguna Narkoba di Indonesia sekitar 3,2 juta jiwa dari jumlah pendu-duk 220 juta jiwa.

Menepis Pengaruh Narkoba
Mengingat bahaya dan dampak negatif yang ditimbulkan Narkoba serta penyebarannya yang demikian deras, upaya mengatasinya tidak mungkin ditunda lagi dan tidak mungkin ditangani oleh pemerintah saja, melainkan semua pihak dan semua individu masyarakat. Di antara upaya preventif yang dapat dilakukan adalah melalui pemantapan iman dan pengetahuan Agama. Semua orang beragama dapat mengambil bagian dalam upaya ini sesuai jalur masing-masing. Namun, yang menempati barisan terdepan dalam penguatan iman dan pendalaman Agama adalah para ustaz, muballig, dan dai. Tidak kurang pentingnya peran para guru dan orang tua.
Iman merupakan benteng batin yang paling ampuh menangkis godaan Narkoba. Seorang yang memiliki iman yang kuat tidak akan bisa diterobos Narkoba. Bagi orang yang beriman, hidup bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Bahkan, kehidupan di akhirat sangat panjang dan bahkan abadi, sedang kehidupan dunia sa-ngat terbatas waktunya. Seorang yang beriman meyakini bahwa mengkonsumsi Nar-koba hukumnya haram, dosa besar, dan akan menyeretnya ke dalam azab api neraka. Dalam hadis sahih riwayat al-Bukhari Nabi saw. bersabda yang artinya, “Tidak berzina orang yang berzina ketika berzina ia beriman. Tidak minum khamar orang yang minum khamar ketika minum khamar ia beriman. Dan tidak mencuri orang yang mencuri ketika mencuri sedang ia beriman.” Hadis ini menjelaskan bahwa selama iman bersemayam di dalam dada, seorang Mukmin tidak berani melakukan perbuatan haram, termasuk mengkonsumsi Narkoba. Orang berani melakukan itu hanya ketika imannya tercabut.
Upaya kedua adalah memilih teman. Pergaulan sangat berpengaruh kepada sikap dan prilaku seseorang, terutama di masa anak-anak dan remaja. Sebab, pengalaman seorang remaja masih sangat terbatas. Ia belum terlalu memikirkan akibat jangka panjang dari tindakannya. Orang dewasa sendiri pun bisa terpengaruh dengan ling-kungan. Berteman dengan orang yang terlibat Narkoba, kalau pun tidak cepat, lama-lama seorang akan terpengaruh dengan teman itu. Seseorang terpengaruh dengan temannya, mungkin sebab bujukan atau rasa kesetiakwanan atau paksaan. Sebuah persahabatan tidak mungkin terbangun tanpa adanya proses saling mempengaruhi yang akhirnya melahirkan persamaan sikap.. Berkenaan dengan pengaruh perteman-an inilah Rasul saw. bersabda, al-Mar’u `ala dini khalilih, falyanzur ahadukum man yukhalilu (Seorang itu menurut agama temannya. Karena itu, seseorang kamu hen-daklah memperhatikan siap yang akan ditemaninya). Mau selamat dari Narkoba, ja-nganlah dekat-dekat dengan orang Narkobaan. Mau selamat dari judi janganlah ber-teman dengan orang yang suka main judi. Agar tidak terjerumus ke dalam lembah prostitusi, janganlah dekat-dekat dengan orang yang suka cerita porno dan perzinaan.
Selain upaya itu adalah dengan memahami dan menghayati bahaya Narkoba. Kadang-kadang orang terjerumus ke dalam suatu maksiat karena tidak memahami akibatnya. Di atas sudah disebutkan betapa mudrat yang disebabkan Narkoba. Dengan menyadari itu semua, seorang tidak akan berani mencoba Narkoba. Alquran mengingatkan dalam surat al-Baqarah ayat 195, Wa la tulqu bi aidikum ilat tahlukah (Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan). Dalam sebuah ha-dis, Rasul saw. bersabda, La dharara wa la dhirara (Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain).
Diketahui bahwa ada sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba yang antara lain adalah : (1) keinginan menonjolkan diri sebagai orang pemberani, (2) dorongan ingin tahu, (3) ikut-ikutan, (4) solidaritas kelompok, (5) ingin buat sensasi, (6) ingin menguji nyali, (7) iseng dan meng-hilangkan rasa bosan, (8) sikap berontak dan protes terhadap orang tua atau guru, (9) pelarian dari problem yang sedang dihadapi, (10) karena terancam atau dipaksa oleh teman. Seorang yang sadar akan mudrat yang ditimbulkan Narkoba akan mampu menghindarkan diri dari semua faktor ini. Dalam pergaulan ia selalu mawasdiri. Mi-salnya, duduk-duduk bersama teman di pinggir jalan sangat berpeluang mengubah sikap dan pikiran kepada hal-hal negatif. Sehubungan dengan ini Rasul saw. ber-sabda, Iyyakum wal julusa fiththuruqat (Jauhi kamulah duduk-duduk di jalan). Orang melakukan kejahatan karena ada peluang. Jika peluang itu dihindari, maka orang akan selamat dari melakukannya.
Khusus bagi remaja, penguatan cita-cita ingin jadi apa setelah dewasa juga satu pertahanan batin yang kuat menolak pengaruh Narkoba. Kesempatan hidup ini sangat singkat. Masa sukses dan masa menikmati kesuksesan mungkin tidak lebih dari empat puluh tahun. Dalam sebuah riwayat, Nabi dikatakan bersabda yang artinya, “Rebutlah lima sebelum datangnya lima perkara, hidupmu sebelum matimu, mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu lapangmu sebelum waktu sibukmu, waktu kayamu sebelum miskinmu.” Allah swt. juga menantang manusia siapa yang kerjanya paling baik dalam surat Hud ayat 7 yang artinya, “agar Dia menguji siapa di antara kamu yang amalnya lebih baik.” Seorang yang memiliki cita-cita yang kuat akan bekerja keras untuk mewujudkannya. Dengan demikian peluang untuk menyia-nyiakan waktu tidak ada sehingga godaan-godaan yang akan menyim-pangkannya dari cita-cita itu, termasuk Narkoba otomatis terhindar. Orang yang ti-dak mempunyai cita-cita dalam hidup akan bisa terpengaruh dengan Narkoba.

Penutup
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang terjerumus ke dalam praktik Narkoba akan kehilangan masa depannya. Keberhasilan untuk pulih kembali secara murni dari dampak negative Narkoba sangat kecil. Seandainya pun berhasil pulih, ia telah menyia-nyiakan umurnya dan modal-nya untuk selama masa pemulihan. Karena itu, orang-orang yang terlanjur jauh dalam praktik Narkoba dapat disebut sebagai lost generation (generasi yang hilang), yakni generasi yang tidak dapat diperhitungkan lagi. Pendeknya, penyalahgunaan Narkoba sama sekali tidak ada baiknya, melainkan buruknya sangat banyak sampai kepada maut.
Meskipun penyebaran Narkoba dewasa ini sangat deras sehingga sulit dibendung, namun terlibat atau tidaknya seseorang dalam Narkoba sangat tergantung pada dirinya sendiri. Jika memang ia tidak ingin menghancurkan masa depannya, ia dapat menghindari Narkoba dengan berbagai cara pencegahan yang diterangkan di atas. Jika terlanjur kecanduan, pengobatan dan pertobatan melalui rehabilitasi keaga-maan merupakan cara penyembuhan yang sangat mujarab.

Penulis adalah Sekretaris Komisi Dikbud MUI SU

Medan, 17 Nopember 2007.

DR. H. Ramli Abdul Wahid, MA

Tidak ada komentar: